Kamis, 02 Desember 2010

JAMUR TIRAM

http://www.cybertokoh.com/news/jamur.htm

Edisi 325 / Minggu / 1 3 Maret 2005

AGRIBISNIS jamur tiram, di Nusa Tenggara Barat, sampai saat ini masih tergolong hal baru. Di Jawa dan Bali, bisnis ini sudah cukup lama dikenal. Di Lombok, tidak banyak bahkan bisa dikatakan hanya satu dua saja yang menggeluti usaha ini. Salah satunya adalah usaha yang dirintis Ir. M. Mahrup Kaseh sejak tahun 1989. Hingga kini usaha itu masih bertahan dan terus melakukan inovasi pada teknik budidaya dan pengembangan pemasarannya sehingga menjadi agribisnis yang utuh dan mudah dilaksanakan sebagai teknologi tepat guna yang ramah lingkungan.
Pengembangan teknik budidaya ini dipermudah dengan menggunakan bibit sebar dedan dengan media yang mudah dan murah. Alat pres dan alat sterilisasi direkayasa sendiri sehingga mudah dilaksanakan dengan hasil yang baik. “Teknik dan alat yang digunakan merupakan hasil pencarian terus menerus,” ungkap pensiunan PNS ini yang mengaku, belajar membudidayakan jamur lewat buku, potongan-potongan koran, majalah dan informasi yang ia kumpulkan.
Di Mataram, menurut, Ir. Parman, Ph.D, Dekan Fakultas Pertanian Universitas Mataram, yang selama ini peduli dalam penelitian dan permasalahan jamur, animo masyarakat untuk membudidayakan jamur ini terbilang kurang. “Padahal untuk komoditi ekspor usaha ini sangat menjanjikan,” katanya.
Berbeda dengan jamur merang yang perlu ruangan tertutup dan hangat serta kedap udara, jamur tiram tidak memerlukan suhu tertentu atau ruang kedap udara. “Pada suhu biasa, jamur tiram bisa tumbuh dengan baik,” lanjutnya. Jamur tiram yang umum dikembangkan untuk budidaya biasanya berwarna putih, sementara warna coklat dan merah muda tidak. Menyoal rasa dari jamur tersebut, ungkap Parman, tergantung medianya. Sementara itu, untuk menghasilkan jamur sesuai warnanya tergantung pada warna asal bibit yang ditanam.-niek
Cermati Ciri-ciri Jamur Beracun
SECARA umum, jamur termasuk dalam jenis sayuran yang mengandung sedikit sekali protein dan hidrat arang, seperti halnya kangkung, ketimun, kool, kembang kool, tauge, sawi. “Karena kandungan kalorinya rendah, jamur boleh dimakan sekehendak atau bebas tanpa memperhitungkan banyaknya,” kata Ni Nyoman Widarmini, S.K.M. Kepala Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum, Mataram.
“Tentunya, jamur yang boleh dimakan atau tidak beracun,” ungkap Ir. Parman, Ph.D. Menurutnya, jamur tiram, yang berkembang dibudidayakan hingga saat ini adalah jamur tiram putih, coklat dan merah muda. Jamur ini, tumbuh di kayu yang mengalami pelapukan atau yang sudah mati, tumbuh pula di ilalang, sampah tebu dan sampah sagu.
Jamur tersebut tidak beracun dan boleh dimakan. Jamur yang tergolong beracun dan tidak dapat dikonsumsi, lanjutnya, jika jamur tiram misalnya, tumbuh di kayu yang masih hidup, tumbuh di bangkai, kotoran ayam atau binatang ternak. “Jika termakan, jamur jenis ini akan menyebabkan keracunan dan dalam konsentrasi racun tinggi dan bisa menyebabkan kematian,” ujarnya.
Ciri-ciri jamur beracun antara lain, umumnya tangkai payungnya bergelang atau terdapat lingkaran menyerupai cincin. Tapi, katanya, tidak semua yang bergelang merupakan jamur beracun. Selain itu, aroma jamur akan terasa berbau sangat tajam, jika dipotong terdapat cairan kekuning-kuningan dan berlendir. “Jika terdapat tanda-tanda tersebut, sebaiknya jamur ini jangan dikonsumsi,” saran Parman. Jamur ini biasanya tumbuh liar, sementara jamur yang sengaja dibudidayakan untuk dikonsumsi tentunya jamur yang tidak beracun, jadi tidak perlu khawatir membeli jamur apalagi yang sudah dalam kemasan.
Selain dikonsumsi dalam keadaan segar, jamur juga kerap dikonsumsi setelah mengalami pengeringan untuk pengawetan. Menurut Nyoman, antara jamur segar dan jamur kering terdapat perbedaan kalori yang dikandungnya. Jamur segar dalam 100 gram di dalamnya terdapat 15 kalori, protein 3,8 gram, lemak 0,6 gr, karbohidrat 0,9 gr, kalsium 3 mg, zat besi 1,7 mg, vitamin B 0,1 mg dan vitamin C 5 mg.
Sedangkan pada 100 gram jamur kering terdapat 128 kalori, protein 16 gram, lemak 0,9 gr, karbohidrat 64,6 mg, kalsium 51 mg, zat besi 6,7 mg, vitamin B 0,1 mg dan tidak mengandung vitamin C. “Jamur segar maupun jamur kering keduanya tidak mengandung vitamin A,” ujar Nyoman yang sudah 15 tahun bekerja di Instalasi Gizi ini. – niek
Belum Mampu Memenuhi Permintaan
BUDIDAYA jamur tiram dengan memanfaatkan limbah gergajian kayu yang dilakukan Mahrup, bisa dijadikan alternatif usaha yang mempunyai prospek sangat baik. Selain memakai bahan yang mudah dan murah, Mahrup juga membuat sendiri bibit induk dan bibit sebar jamur tiram ini, sehingga tidak perlu lagi mengeluarkan biaya tambahan untuk membeli bibit.
Dalam waktu dua setengah bulan bibit tersebut sudah dapat dipakai, lebih cepat ketimbang proses yang selama ini dikenal yang memakan waktu sekitar empat bulan. Membuat bibit induk dan bibit sebar jamur tiram dilakukan dengan menyediakan media antara lain dedak halus dan tepung jagung yang dicampur dan ditambahkan air lalu dibuat adonan atau pasta (perbandingan 2:1). Media tanam dipres dengan alat pres yang direkayasa sendiri.
Proses perawatan hingga panen dalam budidaya jamur tiram ini juga cenderung gampang. Setelah polybag-polybag dingin, bibit jamur tiram dimasukkan satu sendok di bagian atasnya dan disimpan dalam ruang inkubasi. Jumlah bibit yang dimasukkan tidak akan berpengaruh pada berat jamur yang dihasilkan melainkan proses keluarnya jamur bisa lebih cepat, kata Mahrup. Lama kelamaan, polybag-polybag tersebut nantinya akan kelihatan memutih di seluruh permukaannya. “Jika sudah putih semua, polybag tersebut dapat dipindahkan ke ruang produksi,” ujar Mahrup.
Dalam ruang produksi, perawatan sederhana dimulai dengan membersihkan ruangan tiap pagi serta menyemprot polybag dengan air untuk tetap menjaga kelembaban ruangan serta merangsang tumbuhnya jamur tiram. Agar proses tumbuhnya jamur cepat, maka kapas penutup mulut polybag dibuka beberapa sebelum jamur keluar. Dalam waktu 15 hari dalam ruang produksi, jamur akan terlihat bermunculan, keluar dari mulut-mulut polybag. Tidak lama setelah itu, selang tiga hari kemudian jamur tiram pun mekar dan panen pertama pun bisa dimulai.
Selain menjual jamur segar, Mahrup juga menyediakan polybag-polybag berisi jamur tiram berumur sehari untuk dijual. “Artinya, kami menjual jamur yang sudah keluar dan kemungkinan sudah tidak lagi terkontaminasi,” katanya. Untuk pemasaran polybag jamur siap panen ini, Mahrup memakai sistem mitra, mereka yang sengaja membeli polybag-polybag jamur siap panen tersebut. Sampai saat ini, ia memiliki setidaknya enam mitra yang rutin mengambil masing-masing 200 polybag tiap bulannya. Di samping itu, pemasaran dilakukan di pasar-pasar tradisional sekitar Mataram.
Permintaan akan jamur siap panen dalam polybag tersebut, menurutnya, sangat tinggi, hanya saja ia belum mampu menyediakannya. Tahun 2005 ini ia telah membuat bibit lebih banyak dari biasanya, serta sedang melakukan proses percobaan pada kemungkinan bisa menambah berat jamur tiram saat dipanen setidaknya dua ons. Di rumahnya, tempat budidaya jamur tiram sampai saat ini, Mahrup telah banyak memberikan pelatihan-pelatihan pada mahasiswa tentang budidaya jamur tiram juga sebagai tempat PKL, sumber bahan penelitian dan konsultasi teknologi serta menjadi tempat tujuan agrowisata yang sering dikunjungi masyarakat dari berbagai daerah di NTB.

Ekspor Terumbu Karang Dijual Sekaligus Dilindungi

Indonesia merupakan negara pemilik terumbu karang terluas kedua di dunia (setelah Australia) dengan luas 42.000 kilometer persegi atau 17 persen dari luas terumbu karang dunia.

Ekosistem terumbu karang tersebut tersebar di hampir dua per tiga garis pantai Indonesia yang panjangnya 80.000 km. Merupakan potensi sumber daya alam yang tidak ternilai harganya. Koral atau karang hias adalah sejenis hewan berongga penghasil kapur. Koral merupakan bagian dari suatu ekosistem terumbu karang yang merupakan sumber keanekaragaman hayati laut yang paling kaya.

Terumbu karang memiliki nilai ekonomis yang begitu tinggi. Di dunia perdagangan internasional, jenis-jenis koral dimasukkan dalam Appendix II CITES (Convention on International Trade Endangered Species of Wild Fauna And Flora) yang artinya walaupun perdagangan internasional jenis-jenis koral adalah legal, namun perdagangannya harus dikontrol secara ketat untuk mencegah kemungkinan terjadinya eksploitasi berlebihan yang dapat mengakibatkan punahnya jenis-jenis koral tersebut.

Terumbu merupakan sumber perikanan yang tinggi. Dari 132 jenis ikan yang bernilai ekonomi di Indonesia, 32 jenis diantaranya hidup di terumbu karang, berbagai jenis ikan karang pun menjadi komoditi ekspor. Terumbu karang yang sehat menghasilkan 3 -10 ton ikan per kilometer persegi per tahun. Sayangnya hingga kini masih saja banyak masyarakat yang mengambil terumbu karang begitu saja dari laut. “Kondisi terumbu karang di Indonesia sudah begitu mengkhawatirkan,” kata Yaya Mulyana Direktur Konservasi dan Taman Laut Nasional Ditjen Kepulauan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (KP3K) DKP.

Kerusakan terumbu karang cukup besar, saat ini tercatat sekitar 61% dari areal terumbu karang Indonesia yang seluas 42.000 km2 dalam kondisi rusak. Bahkan, 15% diantaranya sudah sangat kritis. Nah, apabila tidak segera dilakukan rehabilitasi secara total, maka dikhawatirkan kepunahan terumbu karang Indonesia tidak akan terelakkan lagi.

Dari luas terumbu karang Indonesia, hanya 7% yang berada dalam kondisi sangat baik dan 33% diantaranya baik. Peristiwa El Nino tahun 1997 dan 1998 telah menimbulkan pemutihan karang secara luas di perairan Indonesia, terutama di wilayah barat. Pemutihan karang terjadi di bagian timur Sumatera, Jawa, Bali dan Lombok. Di Kepulauan Seribu, sekitar 90-95 % terumbu karang yang berada sampai kedalaman 25 meter mengalami kematian.

Potensi Ekspor
Di Kepulauan Seribu, Jakarta, para warga kini boleh menikmati hidup dari hasil menjual terumbu karang. Syaratnya terumbu karang yang diperjual belikan tersebut merupakan dari hasil budidaya, dan bukan hasil pengambilan langsung dari alam. Teknis budidaya terumbu karang melalui transpalansi begitu mudah, meski tidak semua jenis karang dapat ditranpalansi. “Namun sekarang jenis karang yang dapat ditranpalansi semakin banyak,” kata Yaya Mulyana.

Di Kepulauan Seribu, setelah diidentifikasi, memiliki sebanyak 237 jenis terumbu karang yang tumbuh pada kedalaman 5-20 meter. Jenis-jenis tersebut antara lain akar bahar (antiphates sp), karang meja (acropora spp), pavona spp, montipora spp dan fungia spp. Secara umum jenis-jenis karang telah ini membentuk terumbu karang, baik dalam bentuk atol (barrier reef) dan terumbu tepi (fringing reef).

Salah satu perusahaan yang masuk dalam bisnis terumbu karang adalah PT Pura Barutama. Perusahaan itu merealisasikan proyek pengembangan budidaya koral (karang) dan tiram raksasa dengan nilai investasi Rp 9,5 miliar di Pulau Sambangan, Kepulauan Karimunjawa, Kabupaten Jepara sejak 2003. Usaha ini dimaksudkan untuk memanfaatkan potensi kekayaan kelautan sebagai komoditas ekspor.

Proyek budidaya karang tersebut dikembangkan di Pulau Sambangan seluas 10 hektare secara bertahap dengan menelan biaya investasi Rp 9,5 miliar. Proyek budidaya karang tersebut diproduksi untuk memenuhi kebutuhan pasar ekspor di negara Eropa, sekaligus sebagai upaya ikut melestarikan alam dan memperbaiki kerusakan terumbu karang di wilayah perairan Karimunjawa. Koral dan kerang raksasa mempunyai prospek pemasaran yang cerah sebagai komoditas ekspor, meski tidak mudah untuk melakukan kegiatan budidaya hasil kelautan itu. Tahap awal Pura Barutama akan mengekspor berbagai jenis karang sebanyak 15.000 karang per tahun.

Ekosistem laut yang terdiri dari berbagai jenis flora dan fauna laut yang umumnya didominasi oleh karang batu hidup di perairan tropika dangkal dengan kedalaman 20 – 40 meter ini sangat penting, karena merupakan tempat tinggal hewan-hewan yang memiliki nilai ekonomi tinggi antara lain: ikan napoleon wrasse, kerapu bebek, lobster dan sebagainya. Diperkirakan lebih dari 2.500 jenis ikan dan 500 jenis karang yang hidup di dalamnya.

Sejatinya percepatan pertumbuhan terumbu karang tidak bisa mengimbangi laju kerusakan yang terjadi. Pertumbuhannya amat lambat yaitu antara 0,5 – 2,5 cm per tahun. Sedangkan laju pertumbuhan ini sangat bergantung dari bentuk koloni dan faktor kondisi lingkungan di mana karang batu itu hidup. Sekadar catatan, terumbu karang dapat hidup dan tumbuh dengan baik pada suhu 26° – 28° C dengan salinitas 30-36 ppm, serta membutuhkan cahaya untuk melakukan fotosintesis serta membutuhkan substrat yang keras untuk penempelan larva planula.

Dilindungi
Terumbu karang sendiri sebenarnya merupakan hewan yang diiindungi terutama dalam hal perdagangan karena menyangkut konservasi alam. Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Departemen Kehutanan misalnya mengatur tentang teknis penampungan terumbu karang sejak tahun 2003. Koral dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sesuai dengan ketentuan yang berlaku, biasanya digunakan sebagai hiasan utama dalam pembuatan aquarium laut.

Sumber pengambilan koral yang perdagangannya diatur berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1999 tentang Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar, dan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 62/Kpts-II/1998 tentang Tata Usaha Peredaran Tumbuhan dan Satwa Liar berasal dari luar kawasan koservasi (kawasan pelestarian alam dan kawasan suaka alam).

Di dalam pemanfaatan koral, disamping harus memperhatikan cara pengambilan dan pengangkutan, cara penampungan merupakan faktor yang cukup penting agar koral tidak mengalami kerusakan, cacat, mati dan gangguan lainnya sehingga tidak berkurang nilai kualitasnya.

Penyusunan Pedoman Teknis Penampungan Koral adalah agar para pengusaha/pengedar koral baik di dalam negeri maupun ke luar negeri serta masyarakat pada umumnya dapat mengetahui syarat-syarat minimal tempat penampungan koral yang baik dan benar, dengan tujuan membuat standarisasi tempat penampungan koral yang memenuhi syarat teknis, kesehatan dan keamanan.

Sasaran yang ingin dicapai dari pedoman teknis ini adalah terjaminnya keselamatan, kesehatan, kualitas dan keamanan koral selama berada dalam tempat penampungan, sehingga tingkat kematian selama dalam penampungan dapat ditekan sampai di bawah 1%.

Rabu, 01 Desember 2010

emotion

http://www.smileywow.com/